Teater
Abad 19 dan Realisme Banyak perubahan
terjadi di Eropa pada abad ke 19
karena Revolusi Industri. Orang-orang
berkelas pindah ke kota dan teater
pun mulai berubah. Bentuk-bentuk baru
teater diciptakan untuk pekerja industri seperti Vaudeville (aksi-aksi seperti
rutinitas lagu dan tari), Berlesque (karya-karya drama yang membuat subyek
nampak menggelikan), dan melodrama (melebih-lebihkan karakter dalam konflik –
pahlawan versus penjahat). Sandiwara-sandiwara romantis dan kebangkitan klasik
dimainkan di gedung teater yang megah
pada masa itu. Amerika Serikat masih
mengandalkan gaya teater dan lakon Eropa. Pada tahun 1820, lilin-lilin dan
lampu-lampu minyak digantikan oleh lampu-lampu gas di gedung- gedung teater
abad 19. Gedung Teater Savoy di London (1881)
yang mementaskan drama- drama Shakespeare adalah gedung teater pertama
yang panggungnya diterangi lampu
listrik.
Pada
abad 19 di Inggris sebuah drama
kloset atau naskah lakon yang sepenuhnya
tidak dapat dipentaskan bermunculan. Tercatat nama- nama penulis drama kloset
seperti Wordswoth, Coleridge, Byron, Shelley, Swinburne, Browning, dan
Tennyson. Baru pada akhir abad 19 teater
di Inggris juga menunjukkan tanda-tanda kehidupan dengan munculnya Henry Arthur
Jones, Sir Arthur Wing Pinero, dan Oscar Wilde. Juga terlihat kebangkitan pergerakan teater independen yang menjadi
perintis pergerakan Teater Kecil
yang nanti di abad ke 20 tersebar
luas. Misalnya Theatre Libre Paris, Die
Freie Buhne Berlin, independent
Theater London dan Miss Horniman’s
Theater Manchester di mana Ibsen,
Strindberg, Bjornson, Yeats, Shaw, Hauptmann dan Synge mulai dikenal
masyarakat.
Pementasan teater
realisme
Selama akhir abad 19 di Jerman muncul dua penulis
lakon kaliber internasional yaitu Hauptmann
dan Sudermann. Seorang doktor Viennese, Arthur Schnitzler, menjadi dikenal luas
di luar tempat asalnya Austria dengan naskah lakon yang ringan dan menyenangkan
berjudul Anatol. Di Perancis, Brieux menjadi perintis teater realistis dan
klinis. Belgia menghasilkan Maeterlinck.
Di Paris, muncul lakon Cyrano de Bergerac, karya Edmond Rostand.
Sementara itu di Italia Giacosa menulis lakon
terbaiknya yang banyak dikenal, As the Leaves, dan mengarang syair-syair
untuk opera, La Boheme, Tosca, dan Madame Butterfly. Verga menulis In the
Porter’s Lodge, The Fox Hunt, dan Cavalleria Rusticana, yang juga lebih dikenal
melalui opera Muscagni. Penulis lakon Italia
abad 19 yang paling terkenal adalah Gabriel d’Annunzio, Luigi
Pirandello, dan Sem Benelli dengan lakon berjudul Supper of Jokes yang dikenal di Inggris dan
Amerika sebagai The Jest. Bennelli
dengan lakon Love of the Three Kings-nya dikenal di luar Italia dalam
bentuk opera. Di Spanyol Jose Echegaray menulis The World and His Wife, Jose
Benavente dengan karyanya Passion Flower dan Bonds of Interest dipentaskan di
Amerika, dan Sierra bersaudara dengan
naskah lakon Cradle Song menjadi
penghubung abad ke 19 dan 20, seperti
halnya Shaw, Glasworthy, dan Barrie di Inggris, serta Lady Augusta Gregory dan
W.B. Yeats di Irlandia.
Sampai
abad 19 teater di Amerika dikuasai oleh Stock Company dengan sistem bintang.
Sebuah rombongan drama lengkap dengan peralatannya serta bintang-bintangnya
mengadakan perjalanan keliling. Dengan dibangunnya jaringan kereta api, Stock
Company makin berkembang (1870). Akibatnya seni teater tersebar luas di seluruh
Amerika. Maka muncullah teater-teater lokal. Stock company lenyap sekitar tahun
1900. Sindikat teater berkuasa di Amerika dari tahun 1896- 1915. Realisme
menguasai panggung-panggung teater Amerika pada
Abad 19. Usaha melukiskan kehidupan nyata secara teliti dan detail ini
dimulai dengan pementasan-pementasan naskah-naskah sejarah. Setting dan kostum
diusahakan sepersis mungkin dengan zaman cerita. Charles Kenble dalam memproduksi
King John tahun 1823 (naskah Shakespeare) mengusahakan ketepatan sampai hal-hal
yang detail.
Zaman
Realisme yang lahir pada penghujung abad 19 dapat dijadikan landas pacu
lahirnya seni teater modern di Barat. Penanda yang kuat adalah timbulnya
gagasan untuk mementaskan lakon kehidupan di atas pentas dan menyajikannya
seolah peristiwa itu terjadi secara nyata. Gagasan ini melahirkan konvensi baru
dan mengubah konvensi lama yang lebih menampilkan seni teater sebagai sebuah
pertunjukan yang memang dikhususkan untuk penonton. Tidak ada lagi pamer
keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme. Semua ditampilkan
apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan.
Diiringi dengan perkembangan teknologi yang dapat digunakan untuk
mendukung artistik pentas, Realisme menjadi primadona di dunia barat. Seni
teater yang menghadirkan penggal kenyataan hidup di atas pentas ini begitu
membius penggemarnya. Para penonton dibuat terhanyut dan larut dalam
cerita-cerita yang dimainkan. Pesona semacam ini membuat Realisme begitu
berpengaruh dalam waktu yang cukup lama.
<<Sebelumnya - Selanjutnya>>
<<Sebelumnya - Selanjutnya>>
0 komentar "Teater Abad 19 dan Realisme", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar