Tahun
1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui pembentukan
lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan politik kampus sebagai akibat peristiwa
Malari 1974. Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan.
Dalam
latar situasi seperti itu lahir beberapa kelompok teater yang sebagian
merupakan produk festival teater. Di Jakarta dikenal dengan Festival Teater
Jakarta (sebelumnya disebut Festival Teater Remaja). Beberapa jenis festival di
Yogyakarta, di antaranya Festival Seni Pertunjukan Rakyat yang diselenggarakan
Departemen Penerangan Republik Indonesia (1983). Di Surabaya ada Festival Drama
Lima Kota yang digagas oleh Luthfi Rahman, Kholiq Dimyati dan Mukid F. Pada
saat itu lahirlah kelompok-kelompok teater baru di berbagai kota di Indonesia.
Di Yogyakarta muncul Teater Dynasti, Teater Jeprik, Teater Tikar, Teater Shima, dan Teater
Gandrik. Teater Gandrik menonjol dengan
warna teater yang mengacu kepada roh teater tradisional kerakyatan dan menyusun berita-berita yang aktual di
masyarakat menjadi bangunan cerita. Lakon yang dipentaskan antra lain, Pasar
Seret, Meh, Kontrang- kantring, Dhemit, Upeti, Sinden, dan Orde Tabung.
Pementasan
teater Gandrik
Di Solo (Surakarta) muncul Teater Gapit yang
menggunakan bahasa Jawa dan latar cerita yang meniru lingkungan kehidupan
rakyat pinggiran. Salah satu lakonnya berjudul Tuk. Di samping Gapit, di Solo
ada juga Teater Gidag-gidig. Di Bandung
muncul Teater Bel, Teater Re- publik, dan Teater Payung Hitam. Di Tegal lahir
teater RSPD. Festival Drama Lima Kota Surabaya memunculkan Teater Pavita,
Teater Ragil, Teater Api, Teater Rajawali, Teater Institut, Teater Tobong,
Teater Nol, Sanggar Suroboyo. Di Semarang muncul Teater Lingkar. Di Medan
muncul Teater Que dan di Palembang muncul Teater Potlot. Dari Festival Teater
Jakarta muncul kelompok teater seperti,
Teater Sae yang berbeda sikap dalam menghadapi naskah yaitu posisinya sejajar
dengan cara-cara pencapaian idiom akting melalui eksplorasi latihan.
Ada
pula Teater Luka, Teater Kubur, Teater
Bandar Jakarta, Teater Kanvas, Teater Tetas selain teater Studio Oncor, dan
Teater Kami yang lahir di luar produk festival (Afrizal Malna,1999). Aktivitas teater terjadi juga di
kampus-kampus perguruan tinggi. Salah satu teater kampus yang menonjol adalah
teater Gadjah Mada dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Jurusan
teater dibuka di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada tahun 1985. ISI
menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni yang memiliki program Strata 1 untuk
bidang seni teater pada saat itu. Aktivitas teater kampus mampu menghidupkan
dan membuka kemungkinan baru gagasan-gagasan artistik.
0 komentar "Teater Indonesia Tahun 1980-1990-an", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar